Pilihan bisnis makanan sebenarnya digeluti tanpa sengaja. Sebelum selesai mengikuti pendidikan wirausaha di EU Solo, Odi telah mendirikan usaha advertising. Ia memilih bidang ini karena memang tak jauh-jauh amat dari pekerjaan sebelumnya. Odi sempat menjadi karyawan di sebuah perusahaan penerbitan Koran terkemuka di Jawa Tengah. Kariernya pun boleh dibilang gemilang. Mulai dari reporter hingga yang terakhir sebagai Kepala Biro. Ia menjalani karier di perusahaan Koran selama 4,5 tahun di Kota Solo dan Semarang.
Akibat dahsyatnya virus entrepreneur dari Pak Purdi, akhirnya jabatan yang lumayan mapan itu ia tanggalkan. Dengan penuh optimisme, ia berusaha keras untuk menjalankan bisnis tersebut. Tentu rencana tak selalu mulus ketika dijalankan. Banyak persoalan yang membuat usaha perdananya harus berjalan lamban. Hal ini berlangsung hingga beberapa bulan setelah selesai pendidikan EU. Masih dengan semangat yang membara, Odi mendapat tawaran teman untuk joint membuka EU Bali. Dari Denpasar berlanjut ke Padang Sumbar. Bekerjasama dengan rekan EU Bali, dia membuka EU di Bumi Minang.Nah, dari kedua kota tersebut ia memperoleh inspirasi bisnis di bidang boga. Semula ia memilih ATL karena selama ini menu tersebut hanya “dikuasai” waralaba dengan inisial “ATL HW”. Padahal produksi sendiri harganya bisa dilempar lebih murah, bahkan bisa separonya. Tak kurang akal, beberapa kali Odi makan di ATL HW. Ditambah referensi resep dari teman dan internet. Ia bersama sang istri hampir saja putus asa karena tulang ayamnya belum lunak. Hingga lima kali eksperimen akhirnya produk ATL-nya sempurna. Tidak hanya menu ATL, sejumlah masakan lain seperti pecel istimewa, lontong sayur, lontong pecel, nasi sambel ayam, ayam bumbu rujak ikut meramaikan ide bisnisnya. Demikian juga dengan aneka minuman segar seperti es kelapa muda alpukat, es kelapa muda nangka, es kelapa muda sirup, es kelapa muda tape, es kelapa muda nanas, es ketimun, teh tarik, kopi ginseng dll. Semua pengalaman selama traveling di sejumlah kota itu, ia padukan menjadi satu dengan konsep kedai. Jadilah kini ia memiliki bisnis dengan nama “KEDAI PAGIE”.
Hanya dengan modal kartu kredit Odi berhasil membuka usaha. Tak tanggung-tanggung, sedikitnya 5 karyawan ia rekrut untuk menjalankan bisnisnya. Satu orang koki, satu orang penyedia menu makanan, satu orang penyedia minuman, dan dua orang pelayan. Dasar alumnus EU, ada saja ide ketika launching. Sebelumnya ia menyebar voucher ke sejumlah teman lama, relasi, tokoh masyarakat, tetangga, famili dll. Lucunya, voucher itu tidak makan dan minum gratis. Voucher tersebut berlaku untuk pembelian dengan pembayaran sesuka hati. Makan dan minum apa saja bayarnya sesuka hati. Apa yang terjadi? Karena yang diberi voucher kebanyakan sudah kenal baik, maka rata-rata tak mau bayar sedikit. Bahkan dari yang datang lebih banyak membayar lebih. Wah, manjur juga strategi marketingnya !
Odi mengaku, ilmu marketing yang dikuasainya diperoleh dari pengalaman dan referensi buku. Seperti data base pelanggan, memberi hadiah pelanggan, word of mouth, memperhatikan keluhan konsumen dll. Sejak launching, setiap pembeli yang datang didata dan dimasukkan sebagai data base pelanggan. Belum genap dua bulan, 300 lebih pelanggan telah masuk ke data base-nya. Latar belakangnya pun bervariasi, ada karyawan swasta, PNS, TNI/Polri, pelajar/mahasiswa, ibu rumah tangga, pengusaha, manajer bank, anggota DPRD, pengacara, dll. Ketika dimintai data, pembeli sama sekali tak keberatan. Padahal tidak hanya nama yang ditanya, tapi juga alamat, nomor telepon, dan tanggal lahir sekeluarga. Paling sejumlah pembeli tanya buat apa kok pake ditanya alamat dan nomor telepon segela? Setelah diberi penjelasan mereka mau mengerti maksud pengelola kedai.
Dibesarkan Pelanggan
Alumnus EU angkatan 4 Solo ini mengaku Kedai Pagie dibesarkan oleh pelanggannya. Kenapa demikian? Sebab memang pelanggan sendiri yang membuat kedai-nya dikenal lebih banyak orang. Tentu ini semua tak terlepas dari pendekatan marketing yang Odi terapkan. Setiap pembeli yang datang, ia selalu menyempatkan waktu untuk mengajak ngobrol. Sehingga diantara pengelola dan pelanggan kedai tumbuh keakraban dan suasana kekeluargaan. Tapi ada yang menggelikan, sejumlah pelanggan tak mau makan/minum kalau si empunya kedai (odi) gak nongol. Ini tidak mengada-ada, ada seorang Letnan TNI dan bintara Polri yang setiap kali datang ke kedai mencari Odi untuk menemani ngobrol. Tapi karena yang dicari kadang tidak di tempat gak jadi makan maupun sekedar minum. Bahkan pelanggan istimewa tersebut sudah lebih dari dua kali gak jadi mampir gara-gara si empunya kedai tidak di tempat. Wah susah juga kalo gini……..?!
Tampaknya KEDAI PAGIE benar-benar ingin agar pelanggannya mendapat layanan terbaik. Bukan saja dengan sajian makanannya, tapi juga komunikasi yang dibangun secara terpadu. Bagi pelanggan baru, sore hari usai dari KEDAI PAGIE akan menerima short massage service (sms) yang bunyinya “Pelanggan KEDAI PAGIE yang terhormat, terima kasih atas kunjungan Anda. Semoga kebahagiaan selalu menyertai Anda sekeluarga. Kami tunggu kehadiran Anda berikutnya, Sukses Untuk Anda !” Minimal yang terjadi, pelanggan yang menerima sms tersebut akan senyum. Berikutnya ia bakal cerita ke orang-orang di sekelilingnya. Setelah itu, di kesempatan lain akan datang lagi ke KEDAI PAGIE dengan membawa teman. Dari sekian pelanggan, ada juga lho yang balas sms. Antara lain berbunyi “Terima kasih doanya, semoga KEDAI PAGIE tambah laris”, “Thanks lain kali kt kesana lagi”. Selain itu, KEDAI PAGIE juga memberikan bingkisan kepada pelanggan yang berulang tahun. Ada yang diantar, ada pula yang diundang makan di kedai. Sebuah pengalaman menarik pernah dialami kru KEDAI PAGIE. Suatu ketika ada anak pelanggan yang ultah, dua kru KEDAI PAGIE meluncur ke lokasi. Tiba di rumah langsung menyerahkan bingkisan ultah. Seluruh keluarga disitu sangat kaget, ternyata mereka tidak ingat kalau hari itu si buah hati berulang tahun. Kontan mereka mengucapkan beberapa kali terima kasih kepada kru. Apalagi pake difoto segala, wah mereka dibuat surprise. Tak disangka, siang harinya mereka mengajak keluarga dekat sekitar 15 orang makan bareng di KEDAI PAGIE. Wuihh, tentu kru langsung dibuat repot. Alhamdulillah, trik marketing yang dipake benar-benar jitu. Apakah hanya itu yang dilakukan? KEDAI PAGIE juga rajin memberikan bingkisan lunch box gratis kepada sejumlah pelanggan fanatiknya. Yang begini biasanya dilakukan di kantor-kantor pemerintah. Setiap pelanggan yang menerima bingkisan gratis ini jelas senang sekali. Kru tidak usah promosi, ketika itu juga mereka akan cerita sendiri ke orang sekantor bahwa baru saja ia menerima bingkisan dari KEDAI PAGIE. Apa saja yang diceritakan? Mulai dari lokasi kedai, menu makanan dan minumannya, keramahannya dll. Tuh kan yang ini jelas sangat efektif.
Omzet Melejit
Faktor defferensiasi KEDAI PAGIE nampaknya benar-benar mampu menyedot perhatian pelanggan. Seperti disediakannya buku-buku bacaan (motivasi, bisnis dan entrepreneurship, kesehatan, anak, remaja, religius, humor dll), menu yang memakai nama-nama obyek wisata setempat, suasana sederhana yang sengaja dinuansakan kedai, meja dan kursi dari bambu, alas makan dari anyaman rotan, pesan sosial yang menempel di kaos seragam kru, komunikasi dan database pelanggan dll. Dan yang terakhir, Odi selalu meminta masukan dan mendengarkan keluhan pelanggan. Tidak hanya yang “negatif” namun juga yang “positif”. Masukan/keluhan “negatif” misalnya soal menu makan yang rasanya kadang berubah, pelayanan yang kurang cepat, nasi yang kurang banyak dll. Kalau yang positif pelanggan minta buka hingga malam hari, trus ada pula yang mengajak kerjasama buka cabang di tempat lain. Hal ini sungguh menjadi masukan yang sangat berharga. Sederet trik marketing yang dilakukan KEDAI PAGIE menjadikan pelanggannya terus bertambah. Apa yang dinamakan pemasaran word of mouth (mulut ke mulut) pun menyebar dengan sendirinya. Pelan tapi pasti KEDAI PAGIE kian diminati masyarakat. Bahkan program kunjungan bisnis perdana EU Solo ditujukan ke KEDAI PAGIE. Teman-teman EU Bali sebenarnya juga pingin mampir ketika nyantrik ke Jogja, tapi kebetulan pas libur. Alumnus EU terdekat juga sering nongkrong di kedai, apalagi yang dibicarakan kalau tidak bisnis. Yang membanggakan, kedai ini juga dipakai transaksi antar pengusaha seluler, juga sharing bisnis antar pengusaha di luar komunitas EU. Omzetnya pun meloncat dari sekitar Rp 4,5 juta menjadi Rp 6,5 juta. Wuihh, emang empuk bener duitnya ! Kondisi ini didorong moment 17-an. Dimana banyak sekali kegiatan, baik di kampung-kampung maupun yang diadakan pemerintah daerah. Sehingga banyak sekali pesanan ATL dari kelompok masyarakat dan pemda. Karena ketagihan, bentar lagi ia bakal membuka outlet kedua dengan menu yang berbeda. Edan men…..!?
Bagi rekan-rekan EU atau siapa saja yang berminat membuka usaha Ayam Tulang Lunak (ATL), KEDAIPAGIE membuka kesempatan kerjasama. Khusus alumnus EU, tidak ada franchise fee ataupun royalty fee, hanya Joint For Succes ! OK, Selamat Berjuang Menuju Sukses.
Owner KEDAI PAGIE Shidiq Odi, EU 4 Solo
Direktur BOS Spirit Motivation and Training
Pengelola EU Bali dan Padang
Kontak person : 081337133599
e-mail : odihebat@yahoo.com, eu_bali@telkom.net, eu_padang@telkom.net
