Friday, July 28, 2006
Today's Article
Most of us have two basic questions about others when we enter into a relationship. They are: Can I trust you? and Do you really care about me? Depending upon our previous success in partnerships with others - personal or business - the answers may be slow in coming. Confidence in another is often developed gradually as those involved in the relationship commit themselves to each other's success and happiness.
Although trust and confidence are the basic underpinnings of all successful relationships, they are fragile. A relationship that has endured for months or even years can be irreparably damaged by a few unkind words or a single thoughtless act. Don't allow yourself to act in haste or to lose control of your emotions in important relationships.
Proses Bisnis
Ada 3 macam proses dalam bisnis :
-
Sumber (pasokan barang/jasa)
-
Proses
-
Permintaan
Dimana tugas pengusaha? Tugas pengusaha ada di Proses atau memberikan nilai tambah. Nilai tambah ini bisa berupa tempat, waktu, dll.
Intinya bisnis adalah adanya added value (nilai tambah) terhadap barang atau jasa yang kita jual. Pemberian nilai tambah ini bisa melalui proses produksi, proses pengiriman atau lainnya.
Untuk lebih jelasnya, saya akan memberikan contoh kasus dengan objek ikan laut untuk proses pengiriman sekaligus proses produksi.
Contoh Kasus:
Objek : Ikan Laut
1. Tengkulak membeli ikan laut hasil tangkapan nelayan di Muara Angke dan menjualnya di pasar Senen/Super Market.
-
Sumber: Ikan Laut di Muara Angke
-
Proses: Membawa ikan dari Muara Angke ke Pasar Senen (nilai tambah tempat, lebih dekat ke konsumen)
-
Permintaan: Konsumen pasar Senen
2. Penjaja ikan membeli ikan di pasar Senen dan menjualnya di kompleks perumahan sekitar.
-
Sumber: Ikan Laut di Pasar Senen
-
Proses: Membawa ikan dari Pasar Senen ke Perumahan sekitar (nilai tambah tempat, lebih dekat ke konsumen perumahan)
-
Permintaan: Konsumen perumahan
3. Pemilik warteg membeli ikan dari penjaja ikan kemudian memasaknya dan menjualnya di warteg.
-
Sumber: Ikan Laut dari penjaja ikan di kompleks atau dari Pasar Senen
-
Proses: Memasak ikan dan menjual(nilai tambah tempat, memasak dan siap saji/santap). Memasak termasuk kategori produksi.
-
Permintaan: Konsumen warga, kost, pekerja, dll
4. Pengusaha pengalengan ikan mengambil ikan di Muara Angke untuk kebutuhan export.
-
Sumber: Ikan Laut dari Muara Angke
-
Proses: Pengalengan dan pengiriman ikan (nilai tambah : Pemilihan daging ikan, pemotongan, pelunakan, pengawetan dan pengiriman). Proses bisa dilakukan beberapa tahap.
-
Permintaan: Konsumen luar negeri
Mau jadi Pengusaha Apa?
Ketika melihat contoh kasus di atas, tentunya kita berpikir, mau melakukan proses yang mana? Apakah sebagai pemasok ikan ke pasar tardisional, pemasok ikan ke perumahan atau mengolah ikan dan menyiapkan dalam bentuk siap makan atau bahkan yang lebih besar, mendirikan pabrik pengalengan ikan dan siap mengeskport ke manca negara.
Ketika kita memutuskan proses yang akan kita tangani, maka disitulah Anda akan terjun menekuni usaha. Bayangkan suatu saat Anda disebut sebagai pengusaha ikan tuna terbesar se Indonesia Barat, atau pengusaha restoran ikan bakar Muara Angke.
Kendala Bisnis
Terkadang kita hanya memiliki source dan harus menciptakan pasar atau sebaliknya kita memiliki pasar tapi supplynya susah. Justru di sinilah fungsi pengusaha. Mengusahakan proses biar supply bisa sampai di konsumen atau mengusahakan proses agar hasil produksi terserap di pasar.
Tips dan Trik
Kenali lingkungan anda, lihatlah peluang dan bila ada permintaan, ciptakan supply. Atau bila Anda memiliki supply barang atau jasa, ciptakan setrategi pemasaran yang jitu untuk memenagkan persaingan.
Tentu saja hampir semua objek bisnis sudah ada yang melakukan. Terus kita kebagian yang mana? Kita bisa saja membuat objek bisnis baru atau melakukan inovasi. Atau malah terjun ke objek bisnis yang sudah ada.
Gimana melakukannya:
-
Pelajari jalur distribusinya. Buatlah penggambaran seperti contoh kasus di atas
-
Tentukan, Anda mau menekuni bidang yang mana. Mau memotong jalur distribusi atau mengikuti jalur yang ada.
-
Berkenalan dengan pemilik bisnis yang sudah ada. Cari nama, alamat dan no HP/telepon yang bisa dihubungi.
-
Yang mudah dilakukan adalah mencari sumber dan menciptakan pasar. Karena sangat tidak mungkin menjadi pengusaha tanpa mempunyai pasar, kan?. Ciptakan pasar dan carilah pasokan yang murah dan bermutu tinggi
-
Hubungi calon supplier Anda
-
Ciptakan pasar baru
Selamat merenungkan ide bisnis dan Memulai lah !
Dari Mana Ide Bisnis
1. Hoby
Hoby bisa dijadikan sumber mencetak uang. Dengan hoby kita akan dengan suka rela melakukan tanpa berharap uang. Jadi ketika kondisi masih sepi kita pun enjoy menjalainya. Tapi ketika sudah ramai toh kita tidak bisa menghindar untuk mendapatkan uang kan? Kenapa mesti menghindar J J J
Hoby membuat, hoby menikmati.hobi makan, hobi masak,
2. Keluhan orang
Keluhan merupakan peluang bisnis. Misalnya ada keluahan, “Gue paling sebel kalo weekend harus nyuci baju.” Berarti ada peluang untuk membuka jasa pencucian.
Atau ketika ada arisan, ada seorang ibu berjilbab yang mengeluhkan tempat potong rambut, “Saya itu pingin potong rambut di salon, tapi di sini campur laki dan perempuan. Ada sih di sebelah sana, tapi agak jauhan, salon khusus muslimah”, Nah ini juga peluang untuk membuka salon khusus muslimah di kompleks tersebut.
Dari keluah itulah, sebenarnya pasar yang tidak terurus. Nah, mampukah kita mengubah keluahan tersebut dan memberikan peluang usaha?
Kalau kita lihat dua contoh di atas merupakan keluahan konsumen yang kita sebagai calon atau pengusaha harus mampu menangkapnya dan mewujudkan bisnis tersebut.
Ada juga Keluhan dari Produsen. Sering kalau kita ke daerah banyak pengusaha daerah yang mengeluhkan pasar yang sepi. Nah, kalau kita amati di kota lain, apakah produk tersebut mampu dijual didaerah lain, sehingga akan mampu menciptakan pasar.
3. Mencontek
Mencontek bisa dari unsur: produk, rasa, lokasi, pelayanan, interior, dll. Mencontek sama persis bisa disebut plagiator. Jadi meskipun diperbolehkan mencontek dalam urusan bisnis, tapi sebaiknya kita melakukan kajian dari beberapa bisnis. Dari kombinasi pencontekan, kita akan mendapatkan formula yang terbaik.
Bagaimana bisa cara mencontek ? Yang paling baik ya bertanya kepada yang punya langsung. Namun tidak semua pemilik bisnis mau berbagi rahasia sukses bisnisnya. Biasanya bisnis yang memiliki prospek, pemiliknya akan mensyaratkan pembayaran sejumlah fee dengan sistem waralaba (franchise). Cara lain yaitu mengamati secara berkala dan membandingkan beberapa lokasi.
4. Franchise
Bagi Anda yg miskin ide, bisa pakai membeli franchise.
Franchise adalah kerja sama bisnis antara pemilik asli usaha dengan kita yang akan menerapkan bisnis yang sama, sistem yang sama, rasa yang sama dan merek yang sama. Untuk menyamakan semua item tersebut, perlu dibuatkan standarisasi oleh pemilik bisnis agar bisa diterapkan untuk semua cabang.
Dengan franchise, kita sebagai franchisee (pembeli franchise) akan mendapatkan beberapa manfaat, seperti:
-
Ijin pemakaian merek
-
Training teknis untuk karyawan
-
Training administrasi
-
Dekorasi yang sejenis/sama
-
Sistem Operasional Prosedur (SOP).
-
Promosi global
-
Dll, tergantung penawaran
Dengan mendapatkan beberapa manfaat tersebut, Anda tentunya juga diminta memberikan imbalan secara bisnis. Sehingga saling menguntungkan.
Pada awal kontrak menjadi franchisee, anda harus membayar sejumlah Royalty Fee yang besarnya tergantung masing-masing perusahaan untuk masa tertentu, misalnya bayar 100 juta untuk masa 5 tahun.
Yakinkan bahwa manfaat yang Anda dapatkan sepadan dengan uang yang Anda keluarkan. Pelajari sistem dan perjanjian yang diajukan oleh franchisor.
Bisnis pertama sebaiknya memiliki ciri2:
-
Cash flow harian: Sebaiknya bisnis pertama adalah cash flow (mengahsulkan uang) harian. Dengan cash flow ini, kita dijamin bisa makan.
-
Yang lagi laris dan trend. Misalnya: Voucher, HP, burger, crispy, foto digital, stampel wajah, dll. Namun tetap perlu berhati-hati dalam pemilihan lokasi agar tidak menimbulkan over supply.
-
Berhadapan langsung dengan pembeli: Yang tidak perlu lobi-lobi. Dengan berhadapan langsung dengan konsumen, maka peluang pasarnya lebih luas.
-
Yang kita tidak benci : Karena akan malas ngurus. Bisnis sebaiknya sesuatu yang disukai, sehingga ketika masih kecil dan belum banyak menguntungkan, kita enjoy aja menjalankannya.
Tuesday, July 11, 2006
Diam atau Bergerak
Dimulai dari Warung Tegal (warteg)
Sore itu hari Sabtu 1 Desember 2003, ada sepasang suami-istri yang baru pindah di depan rumahku memperkenalkan diri. Namanya Udin dan Sari. Keluarga muda rupanya, baru 3 bulan menikah.
Tidak banyak barang yang dibawah pindahan, rupanya sebelumnya tinggal sekamar di rumah kos RT sebelah.
“Saya pingin jualan rokok dan kebutuhan harian,” kata sang suami di tengah-tengah perbincangan.
“Oh, bagus itu. Kalau bisa jual juga indomie telur. Saya pernah buka 3 bulan dan akhirnya tutup, karena sudah tua dan sepi,” jawabku
“Berapa kontrak di situ ?,” Pertanyaan klasik aku lontarkan.
„19 juta untuk 2 tahun, pak“ Jawab mas Udin.
„Di sini umumnya 7 jutaan“, timpalku memberitahukan kalau harga segitu terlalu mahal.
„Yaa, mudah-mudahan dengan jualan rokok, bisa menutup harga sewa“ jawab sang suami terkesan membela diri.
Esok harinya aku lihat ada sebuah pick up yang berhenti di depan rumah sambil menurunkan sebuah etalase berukuran 1 meter. Siang harinya, sang suami sudah datang dengan tentengan tas plastik besar yang berisi rokok, indomie, dll.
Senin pagi etalase itu sudah diisi dengan isian seadanya. Sepertinya jualan yang terlalu dipaksakan. “Tapi hebat lah, paling tidak untuk permulaan”, pikirku.
Sore itu aku sempatkan membeli rokok 2 batang rokok GG Filter kesukaanku. Harganya sama dengan di toko lain. Tapi untuk harga per-bungkusnya ada yang lebih murah 300 atau 500 rupiah. Aku juga melihat ada beberapa tetangga yang kos di sebelah rumah membeli rokok Djarum Super.
Satu minggu kemudian, aku melihat mangkok warna biru putih yang ditaruh di etalase rokok.
Buat apa pikirku? Saat aku membeli rokok, aku lihat ada tulisan menjual indomie telor – Rp. 2.500,- Rupanya sang istri memiliki ide untuk berjualan indomie telor.
“Gimana mbak, laku indomie telornya?” Tanya saya.
“Yaa, lumayan pak, ada satu dua,” jawab bu Sari.
“Apa saya bilang ?”sahutku. “ Yaa, dijalani dulu aja mbak pelan-pelan”
“Iya pak, lha wong baru satu minggu,” jawab bu Sari dengan aksen Jawa Timurannya
Berselang seminggu, aku lihat ada seorang wanita yang bernama Nung datang pagi dan pulang sore. Rupanya Nung ini memiliki keahlian masak dan dipekerjakan di sini.
Sore itu nampak ramai anak-anak muda yang kerja di seberang perumahan pada jajan du warung depan. Ada yang minum the botol, kopi, makan indomie telor dan ada yang duduk menunggu.
Aku jadi penasaran, “meraka pada menuggu apa ya?” pikirku. Kebbetulan rokoku habis.
“Rokok mbak Nung, satu bungkus” kata ku
„lima ribu ,pak“ jawab mbak Nung sambil memberikan sebungkus rokok Filter kesukaanku.
„Pada nungguin apa toh?“, tanyaku sambil penasaran.
“Ini pak, kami mulai jualan soto ayam” jawab mas Udin sambil menuangkan kuah soto ke mangkok. “Coba-coba bikin soto, pak”
“Wuah, bagus nih. Makin maju aja,” komentarku memberi motivasi.
“Yaah, alhamdulilah, sambil belajar pak”
Hebat juga nih keluarga muda, yang laki kerja di perusahaan dan istrinya diberdayakan. Apalagi sudah punya karyawan satu orang.
Andai saya masih muda, tentu saya akan memiliki semangat seperti itu. Sekarang umur sudah 59 tahun. Tapi, untungnya saya sudah punya kamar kost sebanyak 16.
Sebulan berlalu. Siang itu nampak mas Udin bepergian sendiri berpakaian batik. Rupanya kodangan. Istrinya tidak diajak karena sedang tidak enak badan. Sore hari sepulang kondangan, dia pulang berbarengan mobil pick up yang membawa etalase warung yang lebih besar. Ada rak untuk memajang lauk dan sayur.
Mau bikin apa lagi mereka. “Mungkin membesarkan warung nasinya, pak” sahut istriku di beranda.
Benar juga, esok harinya mbak Nung masak banyak. Etalase nasi nampak banyak pilihan lauk. Tidak hanya soto dan indomie menunya. Tapi ada sop, cah kangkung, dan lainnya.
Warteg Berkembang
Tidak lama kemudian ada spanduk jualan voucher. Berikutnya ada jualan aqua galon, voucher, empek-2 dan laundry.
Gila rumah itu dipakai jaualan apa saja toh.
Mbak Nung yang tadinya pulang sore, mulai tinggal di rumah tersebut karena harus belanja pagi-pagi dan masak. Apalagi warung itu buka sampai jam 10 pagi.
Karyawannya sudah bertambah satu lagi.
Delapan bulan setalah warung itu buka, nampak keluarga muda itu pulang kampung untuk mengantarkan istrinya pulang menjelang kelahiran anak pertamanya.
Warung tetap buka seperti biasa dengan dua karyawan. Hebat juga nich, gak ada bosnya tapi warung tetap buka. Jarang lho jaman gini ada karyawan jujur.
Ketika puasa, warung nasi itu siang harinya tutup. Menjelang buka puasa baru buka. Ada menu buka puasa seperti kolak dan es buah. Saat sahur pun warung itu tetap tampak ramai.
Toko Lain
Dua bulan setelah melahirkan anak, sang istri balik ke Jakarta.
Satu bulan setelahnya, nampak sang istri pergi siang pulang sore. Rupanya kerja. „Tapi kok sebentar,“ pikirku.
„Kata mbak Nung, mbak Sari itu buka toko voucher di mall“, sahut istriku.
„Oh, jadi cewek yang biasa datang malam itu karyawannya kali ya’“ jawabku bertanya-tanya
Enam bulan setelah itu, aku lihat ada dua orang karyawan.
Dua bulan berikutnya diadakan pertemuan, rupanya rapat karyawan, yang datang 8 orang.
„Hebat juga ya, kurang dari 2 tahun tetanggaku sudah punya 8 karyawan dan 4 toko. Padahal kita tetap begini-begini saja ya bu?“
„Yaa, kita sudah tua. Mudah-mudahan anak-anak kita juga bisa memiliki semangat seperti mereka ya pak“ jawab istriku.
Renungan
Dari cerita di atas apa yang bisa diambil pelajaran?
Kalau Anda bergerak dan orang lain diam, maka apa yang orang lain peroleh?
Dan apa yang Anda peroleh?
Tinggal kita mau pilih yang mana, diam atau bergerak?
Selamat merenung, bermimpi dan bertindak.
Sukses untuk Anda !
