Thursday, September 07, 2006

ATL Kedai Pagie, Duitnya Empuk

Berawal dari kesukaan makan ayam tulang lunak (ATL), akhirnya Shidiq Odi berhasil mengubah hobinya menjadi ceruk bisnis. Hingga dalam hitungan waktu yang tak terlalu lama, bisnisnya dengan bendera KEDAI PAGIE mendapat simpati banyak kalangan. Yang lebih menggembirakan lagi, KEDAI PAGIE “dibesarkan” oleh pelanggan sendiri.

Pilihan bisnis makanan sebenarnya digeluti tanpa sengaja. Sebelum selesai mengikuti pendidikan wirausaha di EU Solo, Odi telah mendirikan usaha advertising. Ia memilih bidang ini karena memang tak jauh-jauh amat dari pekerjaan sebelumnya. Odi sempat menjadi karyawan di sebuah perusahaan penerbitan Koran terkemuka di Jawa Tengah. Kariernya pun boleh dibilang gemilang. Mulai dari reporter hingga yang terakhir sebagai Kepala Biro. Ia menjalani karier di perusahaan Koran selama 4,5 tahun di Kota Solo dan Semarang.
Akibat dahsyatnya virus entrepreneur dari Pak Purdi, akhirnya jabatan yang lumayan mapan itu ia tanggalkan. Dengan penuh optimisme, ia berusaha keras untuk menjalankan bisnis tersebut. Tentu rencana tak selalu mulus ketika dijalankan. Banyak persoalan yang membuat usaha perdananya harus berjalan lamban. Hal ini berlangsung hingga beberapa bulan setelah selesai pendidikan EU. Masih dengan semangat yang membara, Odi mendapat tawaran teman untuk joint membuka EU Bali. Dari Denpasar berlanjut ke Padang Sumbar. Bekerjasama dengan rekan EU Bali, dia membuka EU di Bumi Minang.

Nah, dari kedua kota tersebut ia memperoleh inspirasi bisnis di bidang boga. Semula ia memilih ATL karena selama ini menu tersebut hanya “dikuasai” waralaba dengan inisial “ATL HW”. Padahal produksi sendiri harganya bisa dilempar lebih murah, bahkan bisa separonya. Tak kurang akal, beberapa kali Odi makan di ATL HW. Ditambah referensi resep dari teman dan internet. Ia bersama sang istri hampir saja putus asa karena tulang ayamnya belum lunak. Hingga lima kali eksperimen akhirnya produk ATL-nya sempurna. Tidak hanya menu ATL, sejumlah masakan lain seperti pecel istimewa, lontong sayur, lontong pecel, nasi sambel ayam, ayam bumbu rujak ikut meramaikan ide bisnisnya. Demikian juga dengan aneka minuman segar seperti es kelapa muda alpukat, es kelapa muda nangka, es kelapa muda sirup, es kelapa muda tape, es kelapa muda nanas, es ketimun, teh tarik, kopi ginseng dll. Semua pengalaman selama traveling di sejumlah kota itu, ia padukan menjadi satu dengan konsep kedai. Jadilah kini ia memiliki bisnis dengan nama “KEDAI PAGIE”.
Hanya dengan modal kartu kredit Odi berhasil membuka usaha. Tak tanggung-tanggung, sedikitnya 5 karyawan ia rekrut untuk menjalankan bisnisnya. Satu orang koki, satu orang penyedia menu makanan, satu orang penyedia minuman, dan dua orang pelayan. Dasar alumnus EU, ada saja ide ketika launching. Sebelumnya ia menyebar voucher ke sejumlah teman lama, relasi, tokoh masyarakat, tetangga, famili dll. Lucunya, voucher itu tidak makan dan minum gratis. Voucher tersebut berlaku untuk pembelian dengan pembayaran sesuka hati. Makan dan minum apa saja bayarnya sesuka hati. Apa yang terjadi? Karena yang diberi voucher kebanyakan sudah kenal baik, maka rata-rata tak mau bayar sedikit. Bahkan dari yang datang lebih banyak membayar lebih. Wah, manjur juga strategi marketingnya !

Odi mengaku, ilmu marketing yang dikuasainya diperoleh dari pengalaman dan referensi buku. Seperti data base pelanggan, memberi hadiah pelanggan, word of mouth, memperhatikan keluhan konsumen dll. Sejak launching, setiap pembeli yang datang didata dan dimasukkan sebagai data base pelanggan. Belum genap dua bulan, 300 lebih pelanggan telah masuk ke data base-nya. Latar belakangnya pun bervariasi, ada karyawan swasta, PNS, TNI/Polri, pelajar/mahasiswa, ibu rumah tangga, pengusaha, manajer bank, anggota DPRD, pengacara, dll. Ketika dimintai data, pembeli sama sekali tak keberatan. Padahal tidak hanya nama yang ditanya, tapi juga alamat, nomor telepon, dan tanggal lahir sekeluarga. Paling sejumlah pembeli tanya buat apa kok pake ditanya alamat dan nomor telepon segela? Setelah diberi penjelasan mereka mau mengerti maksud pengelola kedai.

Dibesarkan Pelanggan
Alumnus EU angkatan 4 Solo ini mengaku Kedai Pagie dibesarkan oleh pelanggannya. Kenapa demikian? Sebab memang pelanggan sendiri yang membuat kedai-nya dikenal lebih banyak orang. Tentu ini semua tak terlepas dari pendekatan marketing yang Odi terapkan. Setiap pembeli yang datang, ia selalu menyempatkan waktu untuk mengajak ngobrol. Sehingga diantara pengelola dan pelanggan kedai tumbuh keakraban dan suasana kekeluargaan. Tapi ada yang menggelikan, sejumlah pelanggan tak mau makan/minum kalau si empunya kedai (odi) gak nongol. Ini tidak mengada-ada, ada seorang Letnan TNI dan bintara Polri yang setiap kali datang ke kedai mencari Odi untuk menemani ngobrol. Tapi karena yang dicari kadang tidak di tempat gak jadi makan maupun sekedar minum. Bahkan pelanggan istimewa tersebut sudah lebih dari dua kali gak jadi mampir gara-gara si empunya kedai tidak di tempat. Wah susah juga kalo gini……..?!
Tampaknya KEDAI PAGIE benar-benar ingin agar pelanggannya mendapat layanan terbaik. Bukan saja dengan sajian makanannya, tapi juga komunikasi yang dibangun secara terpadu. Bagi pelanggan baru, sore hari usai dari KEDAI PAGIE akan menerima short massage service (sms) yang bunyinya “Pelanggan KEDAI PAGIE yang terhormat, terima kasih atas kunjungan Anda. Semoga kebahagiaan selalu menyertai Anda sekeluarga. Kami tunggu kehadiran Anda berikutnya, Sukses Untuk Anda !” Minimal yang terjadi, pelanggan yang menerima sms tersebut akan senyum. Berikutnya ia bakal cerita ke orang-orang di sekelilingnya. Setelah itu, di kesempatan lain akan datang lagi ke KEDAI PAGIE dengan membawa teman. Dari sekian pelanggan, ada juga lho yang balas sms. Antara lain berbunyi “Terima kasih doanya, semoga KEDAI PAGIE tambah laris”, “Thanks lain kali kt kesana lagi”. Selain itu, KEDAI PAGIE juga memberikan bingkisan kepada pelanggan yang berulang tahun. Ada yang diantar, ada pula yang diundang makan di kedai. Sebuah pengalaman menarik pernah dialami kru KEDAI PAGIE. Suatu ketika ada anak pelanggan yang ultah, dua kru KEDAI PAGIE meluncur ke lokasi. Tiba di rumah langsung menyerahkan bingkisan ultah. Seluruh keluarga disitu sangat kaget, ternyata mereka tidak ingat kalau hari itu si buah hati berulang tahun. Kontan mereka mengucapkan beberapa kali terima kasih kepada kru. Apalagi pake difoto segala, wah mereka dibuat surprise. Tak disangka, siang harinya mereka mengajak keluarga dekat sekitar 15 orang makan bareng di KEDAI PAGIE. Wuihh, tentu kru langsung dibuat repot. Alhamdulillah, trik marketing yang dipake benar-benar jitu. Apakah hanya itu yang dilakukan? KEDAI PAGIE juga rajin memberikan bingkisan lunch box gratis kepada sejumlah pelanggan fanatiknya. Yang begini biasanya dilakukan di kantor-kantor pemerintah. Setiap pelanggan yang menerima bingkisan gratis ini jelas senang sekali. Kru tidak usah promosi, ketika itu juga mereka akan cerita sendiri ke orang sekantor bahwa baru saja ia menerima bingkisan dari KEDAI PAGIE. Apa saja yang diceritakan? Mulai dari lokasi kedai, menu makanan dan minumannya, keramahannya dll. Tuh kan yang ini jelas sangat efektif.

Omzet Melejit
Faktor defferensiasi KEDAI PAGIE nampaknya benar-benar mampu menyedot perhatian pelanggan. Seperti disediakannya buku-buku bacaan (motivasi, bisnis dan entrepreneurship, kesehatan, anak, remaja, religius, humor dll), menu yang memakai nama-nama obyek wisata setempat, suasana sederhana yang sengaja dinuansakan kedai, meja dan kursi dari bambu, alas makan dari anyaman rotan, pesan sosial yang menempel di kaos seragam kru, komunikasi dan database pelanggan dll. Dan yang terakhir, Odi selalu meminta masukan dan mendengarkan keluhan pelanggan. Tidak hanya yang “negatif” namun juga yang “positif”. Masukan/keluhan “negatif” misalnya soal menu makan yang rasanya kadang berubah, pelayanan yang kurang cepat, nasi yang kurang banyak dll. Kalau yang positif pelanggan minta buka hingga malam hari, trus ada pula yang mengajak kerjasama buka cabang di tempat lain. Hal ini sungguh menjadi masukan yang sangat berharga. Sederet trik marketing yang dilakukan KEDAI PAGIE menjadikan pelanggannya terus bertambah. Apa yang dinamakan pemasaran word of mouth (mulut ke mulut) pun menyebar dengan sendirinya. Pelan tapi pasti KEDAI PAGIE kian diminati masyarakat. Bahkan program kunjungan bisnis perdana EU Solo ditujukan ke KEDAI PAGIE. Teman-teman EU Bali sebenarnya juga pingin mampir ketika nyantrik ke Jogja, tapi kebetulan pas libur. Alumnus EU terdekat juga sering nongkrong di kedai, apalagi yang dibicarakan kalau tidak bisnis. Yang membanggakan, kedai ini juga dipakai transaksi antar pengusaha seluler, juga sharing bisnis antar pengusaha di luar komunitas EU. Omzetnya pun meloncat dari sekitar Rp 4,5 juta menjadi Rp 6,5 juta. Wuihh, emang empuk bener duitnya ! Kondisi ini didorong moment 17-an. Dimana banyak sekali kegiatan, baik di kampung-kampung maupun yang diadakan pemerintah daerah. Sehingga banyak sekali pesanan ATL dari kelompok masyarakat dan pemda. Karena ketagihan, bentar lagi ia bakal membuka outlet kedua dengan menu yang berbeda. Edan men…..!?
Bagi rekan-rekan EU atau siapa saja yang berminat membuka usaha Ayam Tulang Lunak (ATL), KEDAI

PAGIE membuka kesempatan kerjasama. Khusus alumnus EU, tidak ada franchise fee ataupun royalty fee, hanya Joint For Succes ! OK, Selamat Berjuang Menuju Sukses.

Owner KEDAI PAGIE Shidiq Odi, EU 4 Solo
Direktur BOS Spirit Motivation and Training
Pengelola EU Bali dan Padang
Kontak person : 081337133599
e-mail : odihebat@yahoo.com, eu_bali@telkom.net, eu_padang@telkom.net

Thursday, August 31, 2006

APAKAH TUHAN MENCIPTAKAN KEJAHATAN? (Kisah Nyata)

Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada? Apakah kejahatan itu ada?

Apakah

Tuhan menciptakan kejahatan? Seorang Profesor dari sebuah universitas

terkenal menantang mahasiswa-mahasiswanya dengan pertanyaan ini,

"Apakah

Tuhan menciptakan segala yang ada?".

Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia yang menciptakan

semuanya". "Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya professor sekali lagi.

"Ya,

Pak, semuanya" kata mahasiswa tersebut.

Profesor itu menjawab, "Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti

Tuhan

menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip

kita

bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi

bahwa

Tuhan itu adalah kejahatan."

Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor

tersebut.

Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia

telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.

Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, "Profesor, boleh saya

bertanya

sesuatu?"

"Tentu saja," jawab si Profesor

Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah dingin itu ada?"

"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak

pernah

sakit flu?" Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.

Mahasiswa itu menjawab, "Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada.

Menurut

hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu

-460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi

diam

dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata

dingin

untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.

Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada?"

Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada."

Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga

tidak

ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita

pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk

memecahkan

cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang

gelombang

setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu

ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut.

Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu ada?"

Dengan bimbang professor itu menjawab, "Tentu saja, seperti yang telah

kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak

perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara

tersebut

adalah manifestasi dari kejahatan."

Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi Anda

salah,

Pak. Kajahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan.

Seperti

dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk

mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kajahatan.

Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia.

Seperti

dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari

ketiadaan

cahaya."

Profesor itu terdiam.

Nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein.

Friday, August 18, 2006

Teori Purdie

Hampir semua orang khususnya yang terjun di dunia entrepreneurship mengenal nama Purdie E. Chandra. Seorang entrepreneur sukses yang selalu menjadi ikon dalam setiap pembicaraan entrepreneurship. Ia adalah Primagama Group yang outletnya mencapai 400 outlet di seluruh Indonesia. Bahkan akan ekspansi ke luar negeri. Usahanya tidak hanya dibidang pendidikan, terus merambah di bidang lain: traveling, terminal tiket, properti, dan lain-lain.
Dalam berbagai seminar di beberapa kota di Indonesia, atau mentoring Entrepreneur University, ia sering memperkenalkan diri dengan sebutan “Profesi Pengusaha, Pekerjaan Golf”. Hal ini untuk menunjukkan bahwa menjadi pengusaha sukses itu nikmat dan tidak harus menangani sendiri secara langsung. Sebab, semua pekerjaan di perusahaannya sudah ada yang menangani, ia tinggal bekerja “seenaknya” sendiri, maul golf, catur, mancing, atau tiduran sampai bosan juga tidak ada yang melarang. Toh, uang akan datang sendiri. Belakangan ia selalu sibuk dengan hobinya yakni memberikan seminar bisnis di berbagai kota di tanah air khususnya seminar yang digelar oleh cabang-cabang Entrepreneur Universitay di berbagai kota.

Mengikuti beberapa kali seinarnya, dan membaca bukunya yang best seller berjudul “Menjadi Entreprener Sukses”, termasuk berkali-kali kesempatan bertemu secara informal, saya mencatat “teori” bisnisnya yang telah teruji sukses. Teorinya telah mengantarkan Bimbingan Belajar Primagama menjadi sebuah lembaga bimbingan test yang masuk MURI karena memiliki jumlah peserta dan outlet yang terbanyak di Indonesia. Teori-teori bisnisnya berbasis pada “Pengembangan kekuatan otak kanan, otak emosional-spiritual sebagai modal membangun bisnis”.

Kenapa otak kanan? Seperti kita ketahui otak kita terdiri dari dua bagian besar yakni otak kiri dan otak kanan. Otak kiri adalah otak yang bekerjanya sekuensial, urut, logis, analitis dan objektif. Otak kiri adalah otak yang tugas utamanya menjelaskan tentang sesuatu hal. Ia pandai menguraikan “benang kusut” menjadi lebih jelas, mengurai masalah dengan jelas berikut alternatif pemecahannya. Sementara otak kanan adalah otak yang bekerjanya, tidak urut, simultan, holistik dan relasional. Otak kanan terkenal juga dengan otak spiritual-emosional yang imajinatif dan kreatif. Berbeda dengan otak kiri yang ahli menjelaskan sesuatu, otak kanan ahli dalam hal “melakukan sesuatu”. Otak kanan adalah juga otak “keberanian”.

Dalam perspektif bisnnis, seseorang dengan dominan otak kiri hanya akan ahli menjelaskan bahwa “binis ini layak”, atau “bisnis itu tidak layak”, “bisnis harus begini dan begitu”, tapi giliran untuk praktik bisnis, otak kiri menjadi peragu. Sebaliknya, otak kanan yang cenderung emosional, sering tanpa perhitungan berani langsung praktik bisnis. Soal hitungan layak-tidaknya sebuah bisnis sering kali dikesampingkan. Menurut seseorang yang dominan otak kanan, soal hitung-menghitung dan soal teknis lainnya, bisa sambil jalan.

Sementara otak kanan adalah otak kreatif, dan imajinatif. Secara kodrati otak ini senantiasa menangkap dorongan spiritual-emosional: “ingin menciptakan sesuatu”, “ingin sukses besar”, “ingin menjadi…” dan dorongan imajinatif lainnya. Singkatnya otak kanan adalah otak pemimpi. Mimpi ingin menjadi pebisnis sukses, misalnya, terletak di otak kanan. Secara khusus, otak kanan adalah otak bisnis. Dikatakan demikian, karena otak kanan di dalamnya terdapat dorongan spiritual-emosional bisnis. Di dalam otak kanan pula tersimpan energi bisnis yang nyaris tidak pernah padam yakni OPTIMISME BISNIS.

Menurut Purdie (2005) bahwa seseorang yang mencerdaskan otak kananya lebih dahulu maka otak kiri akan mengikutinya. Bila otak kanan dinaikkan, maka otak kiri akan mengikutinya. Bila optimisme, kepercayaan diri, kesabaran, ketawakalan, tanggungjawab yang berada di otak kanan ditingkatkan maka otak kiri akan meningkat kemampuanya.

Cara meningkatkan kualitas otak kanan diantaranya melalui kemampuan berimjinasi. Dengan imajinasi pikiran menjadi melayang-layang memimpikan masa depannya yang lebih cemerlang. Imajinasi menjadikan seseorang lebih termotivasi. Karena otak kanan juga dikenal otak spiritual-emosional, maka untuk mencerdaskannya dapat melalui shalat khusyuk, shlat malam, berpuasa, dan berdzikir dalam hati setiap saat. Ketawakalan merupakan bentuk kecerdasan otak kanan.

Apabila otak kanan sudah cerdas, maka dapat menjadi pijakan utama dalam mengembangkan diri dan bisnis. Ketika seseorang bertawakal misalnya, maka resiko apa pun menjadi teratasi dengan baik. Setidaknya hal yang demikian Purdie telah membuktikannya melalui perjalanan bisnisnya yang kini mulai menggurita. Pengalaman sukses bisnisnya tertuang dalam buku best seller-nya “Menjadi Entrepreneur Sukses”.

Bila kita menyimak buku yang diterbitkan oleh Grasindo setebal 199 halaman terdiri 80 artikel format essay pencerahan itu, adalah artikel-artikel berbasis kecerdasan otak kanan atau kecerdasan emosional-spiritual. Hampir semuanya mengupas masalah bagaimana mencerdasakan dan memanfaatkan otak kanan. Simak artikel-artikel dalam Bab Pertama tentang sejumlah berani: “Berani Mimpi”, “Berani Mencoba”, “Berani Merantau”, “Berani Gagal” dan “Berani Sukses”. Pada lima bab berikutnya juga boleh dikatakan merupakan “tip” sukses bisnis berbasis otak kanan seperti sejumlah judul: “Mimpi Jadi Entrepreneur”, “Mimpi Jadi Investor”, “Gagal Kuliah Jadilah Entrepreneur”, “Berani Dulu Baru Terampil”, “Belajar Bisnis Sambil Jalan”.

Teori Purdie sebenarnya dibangun di atas otak kanan dengan mengakses dan memanfaatkan energi potensial otak kanan yakni optimisme. Salah satu kecerdasan puncak otak kanan atau pikiran emosional-spiritual adalah optimisme. Energi optimisme merupakan energi positif hasil kombinasi dari: energi spirit mewujudkan visi ditambah energi sikap positif tidak mengenal gagal, keuletan dan ketawakalan. Optimesme merupakan keyakinan seratus persen bahwa Tuhan tidak akan ingkar janji terhadap setiap usaha manusia pasti ada hasilnya.

Atas dasar optimisme yang bersifat transedental (optimisme atas dasar kepercayaan bahwa Tuhan tidak ingkar janji) Purdie membangun teori “smart street”, yakni pintar di jalanan, alias pintar karena pengalaman. Kalau mau buka bisnis jangan terlalu banyak pertimbangan kurang ini dan itu. Berani buka usaha, berani beresiko, keterampilan dan sukses akan mengikutinya.

Purdie sangat mempercayai bahwa optimisme transedental merupakan modal utama dalam bisnis. Hal ini tercermin dalam ungkapan-ungkapan populernya pada berbagai kesempatan dan bahkan ungkapan ini menjadi “lagu wajib” dalam entrepreneurship. Jargon yang kemudian menjadi sangat identik dengan “Teori Purdie” adalah BODOL, BOTOL, dan BOBOL.

BODOL (Berani Optimis Duit Orang Lain). Menurut Purdie, kalau mau buka bisnis tapi tidak punya modal duit, maka kita harus tetap optimis dengan modal duit orang lain. Asal bisnisnya, prospektif kita harus optimis dengan duit orang lain. Entah itu berupa pinjaman berbunga, pinjaman sementara, atau bagi hasil . Malah, kata Purdie, meski kita punya uang sendiri kalau ada orang lain yang bersedia meminjami, diterima saja. Uang sendiri bisa untuk tambah modal atau cadangan operasional.

Ada kecenderungan psikologis bila kita bisnis modal pinjaman. Kita menjadi lebih termotivasi, lebih serius untuk menekuni usahanya. Sebab bila sampai target tertentu tidak terpenuhi atau bangkrut, resikonya lebih besar karena harus mengembalikan pinjamannya.

BOTOL (Berani Optimis Tenaga Orang Lain). Apabila Anda kebetulan sudah punya modal duit, tetapi masih ragu-ragu karena belum pengalaman, maka gunakan saja tenaga orang lain. Cari orang-orang yang dapat dipercaya, bertanggungjawab dan terampil di bidangnya. Tugas Anda adalah menciptakan system manajerial dan akuntasi, pembinaan dan kontrol seperlunya.

Setiap entrepreneur harus berani optimis dengan tenaga orang lain. Bukanlah seorang entrepneur beneran bila segalanya dikerjakan sendiri karena tidak percaya terhadap orang lain. Kesuksesan entrepreneur adalah apabila hampir semua aktifitas teknis dan manajerial dikerjakan oleh karyawannya. Tugas utama seorang entrepreneur adalah mengarahkan seluruh aktifitas bisnis sesuai visi dan misinya.

BOBOL (Berani Optimis Bisnis Orang Lain). Apabila sampai hari ini belum mempunyai ide bisnis, Anda harus berani optomis dengan bisnis orang lain. Bentuknya bisa dimulai dari meniru binis orang lain, bekerja sama dalam bentuk waralaba (franchise), atau menjadi anggota bisnis MLM (multi level marketing). Bisa juga misalnya, bagi hasil laba karena Anda punya tempat (tanah, gedung dan fasilitas lain) sementara orang lain membutuhkannya untuk pengembangan usahanya.

Atas dasar optimisme-optimesme tersebut diatas, Purdie dengan mudahnya mengatakan bahwa memulai bisnis ibarat masuk kamar mandi. Masuk saja, tanpa banyak pertimbangan. Baru setelah masuk kamar mandi, akan mengetahui kekurangannya: kurang sabun, sikat, shampoo atau yang lainnya. Maksudnya, kalau Anda mau memulai bisnis, masuk saja secara optimis, kekurangan akan ketrampilan, modal dan sebagainya dapat dilengkapi nanti.

Kenapa optimisme yang menjadi landasan membangun bisnis yang sukses? Sepanjang masih ada optimisme –yang transeden utamanya— pada seorang entrepreneur, semua pintu kegagalan tertutup, dan semua pintu peluang sukses terbuka lebar. Selebar hati saat-saat menerima ketawakalan menuju sukses.

Monday, August 14, 2006

Today's Article

GARAM.

Seorang pemuda duduk ditepi jalan,ia menangis ter sedu2,...; Beberapa
saat kemudian, seorang tua menghampiri,...'mengapa kau menangis
nak,...?' tanya pak tua itu lembut,....;

Diantara air mata, pemuda itu menjawab,..' hancur hidupku pak,...aku di
PHK, perusahaan tempatku bekerja bangkrut,... hartaku hilang di tipu
orang,.. kekasihku lari bersama orang lain, habis, habis semua,.....'

Pak tua itu tersenyum, mengambil sebuah gelas, mengisinya dengan air,
dan mengambil segenggam garam dari kantungnya, dan mengaduk garam dan
air di gelas tersebut,.......'cobalah kau minum ini nak,...' katanya
pelan, ...; pemuda itu meminumnya dan langsung menyemburkannya
kembali,....; 'bagaimana rasanya nak,...?' tanya pak tua,....;
'wuah,..... asin, ndak karuan,....' jawab pemuda agak marah,....; pak
tua tersenyum,.... diajaknya pemuda kesebuah telaga tidak jauh dari
mereka,.....pak tua mengambil lagi segenggam garam dari kantungnya,..
mengaduk garam di air telaga,... lalu disuruhnya pemuda itu minum air
telaga tersebut,....'nah,... bagaimana rasanya sekarang,...?'

'segar pak,...' jawab pemuda itu ber seri2,....;'nah anak muda,....garam
itu adalah segala sesuatu yang terjadi dalam hidupmu,....gelas, dan
telaga adalah hatimu,.... apabila hatimu sesempit gelas,.. maka segala
kejadian dalam hidupmu akan terasa sangat menyusahkan,.......namun,
apabila hatimu seluas telaga, maka segala kejadian tidak akan terlalu
mempengaruhi mu,.....bukankah kau masihmuda,.... mempunyai pikiran2 dan
ide2 yang cemerlang,... kesehatan,..waktu yang panjang,..... nah,
mulailah hidupmu kembali,.....jangan hanya meratapi yang sudah
terjadi,.......' kata pak tua sambil berlalu.

Thursday, August 03, 2006

Today's Article

DRIFTING, WITHOUT AIM OR PURPOSE, IS THE FIRST CAUSE OF FAILURE

Without a plan for your life, it is easier to follow the course of least resistance, to go with the flow, to drift with the current with no particular destination in mind. Having a definite plan for your life greatly simplifies the process of making hundreds of daily decisions that affect your ultimate success. When you know where you want to go, you can quickly decide ifi your actions are moving you toward your goal or away from it. Without definite, precise goals and a plan for their achievement, each decision must be condisdered in a vacuum. Definiteness of purpose provides context and allows you to relate specific actions to your overall plan By Napoleon Hill

entrepreneurial spirituality

Dua hari yang lalu, saya menerima sebuah pesan singkat (sms) dari seorang teman. Isinya, sebuah kabar duka tentang meninggalnya seorang rekan, yang sudah sekian tahun tidak berjumpa. Namanya Tedjo (bukan nama sebenarnya).

Ketika saya menelpon balik kepada si pengirim sms, dia bercerita bahwa rekan kami yang meninggal itu sungguh bernasib naas.

Semula Tedjo adalah seorang wirausahawan sukses, bahkan karena suksesnya itu ia bisa terpilih sebagai Ketua Umum sebuah asosiasi pengusaha dalam bidang bisnis tertentu.

Belasan tahun, sejak zaman Orde baru, Tedjo berkiprah sebagai pengusaha yang penuh kejayaan, kegemerlapan serta keglamoran. Ia kebanggaan keluarga, terutama bagi isteri dan anak-anak, serta sekaligus menjadi kebanggaan para sahabat dekatnya.

Sampai suatu ketika, beberapa saat sebelum gerakan reformasi meletus, lahan bisnis yang sudah bertahun-tahun digarapnya, diambil alih oleh seorang pejabat pemerintah yang berkuasa. Dan ternyata, peristiwa itu menjadi sebuah momentum dari sebuah perjalanan panjang penuh kepahitan bagi kehidupan Tedjo selanjutnya.

Sebagai seorang pengusaha yang pernah gilang-gemilang sekian lama, di mana ia telah menjadi lambang kejayaan sebuah komunitas besar dari sebuah industri, Tedjo mencoba bertahan. Ia percaya bahwa dirinya masih cukup piawai untuk merebut kembali kepemimpinan bisnis di pasar.

Tedjo mungkin saja benar. Kepiawaian dalam bidang usaha yang telah digeluti selama waktu yang lama, ditambah ketahanan finansial yang cukup besar hasil kucuran keringatnya selama ini, memberi bukti bahwa ia masih mampu terus berkiprah selama lebih dari lima tahun.

Namun demikian, hasil perjuangannya itu cuma sebatas mempertahankan nafas. Kinerja perusahaannya tidak kunjung meningkat, bahkan sedikit demi sedikit statistik memperlihatkan degradasi yang terus menurun. Meski segala kemampuan dan segala jurus bisnis yang dipunyai telah dikerahkan sepenuh-penuhnya, namun tetap saja tidak membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan.

Sejalan dengan berlalunya sang waktu, pamor seorang Tedjo yang dahulu adalah tokoh kebanggaan komunitasnya, kebanggaaan keluarga dan para sahabat, mulai memudar. Dan akhirnya pada tahun ke tujuh, perusahaan milik Tedjo harus gulung tikar dengan meninggalkan sejumlah hutang yang harus dibayar.

Sungguh sial nasib tokoh kita ini. Para sahabat yang tadinya begitu dekat dan akrab, sekarang pergi meninggalkan dirinya satu per satu. Seakan tidak ada lagi yang mau peduli akan nasibnya yang sedang dirundung malang. Bagaikan sekawanan kumbang yang terbang pergi entah ke mana setelah puas menghisap madu.

Puncaknya adalah ketika tanpa pernah disangka, sang isteri yang selama ini kelihatan setia mendampingi di saat sukses, kini ikut- ikutan berubah sikap. Tiada lagi senyum mesra, tidak ada lagi canda tawa dan tiada lagi pandangan penuh kekaguman pada sang suami. Yang ada hanya sikap acuh tak acuh, senyum sinis, kata-kata menusuk hati serta perilaku yang sudah di luar kendali.

Sehebat-hebatnya seorang Tedjo, ia tetaplah seorang manusia yang terdiri dari darah dan daging. Ia bukan terbuat dari baja atau beton bertulang. Usaha yang bangkrut serta beban finansial yang menyertainya, ditambah lagi beban mental yang harus diterima dari perubahan sikap para sahabat dan terutama isterinya sendiri, telah membuat Tedjo terpukul luar dalam.

Ia tidak mampu lagi berfikir jernih. Kecerdasan otaknya yang selama ini sangat brilian mencetuskan ide-ide bisnis, kini membeku.
Depresi mental pun menyergap, dan ia menjadi sosok yang sakit- sakitan. Satu tahun ke depan setelah peristiwa penutupan perusahaannya, adalah masa-masa di mana ia harus keluar-masuk rumah sakit.

Pada akhirnya, tanpa dukungan moral dari pihak keluarga serta para sahabatnya, Tedjo pun berpulang ke rakhmatullah beberapa waktu kemudian.

Wafatnya Tedjo, bukanlah peristiwa pertama yang membuat saya harus berfikir tentang seluk beluk kehidupan ini, teristimewa tentang liku- liku kehidupan yang melingkupi para wirausahawan.

Beberapa tahun sebelum kematian Tedjo, seorang teman lain berinisial F, pernah mengirim kabar kepada saya bahwa ia sedang berada di ruangan sebuah rumah sakit, karena esok harinya akan menjalani operasi jantung yang cukup kritis.

F bercerita dengan jujur bahwa hal itu bermula dari sebuah peristiwa yang terjadi kira-kira 2 tahun sebelumnya. Sebuah peristiwa di mana ia harus menelan kenyataan pahit, bahwa proyeknya yang bernilai milyaran rupiah, dibatalkan begitu saja oleh seorang pejabat yang baru diangkat.

Protes sana, protes sini, urus sana urus sini, semua usahanya itu sia-sia belaka. Dan akhirnya, investasi bermilyar rupiah pun amblas!

Shock berat, menyebabkan tekanan jiwa dan gangguan jantung, yang berakhir di meja operasi. Syukurlah teman ini akhirnya selamat dan sembuh, dengan meninggalkan bekas sayatan panjang membelah dada serta lengannya.

Biar bagaimana pun, peristiwa-peristiwa semacam ini adalah sebuah realitas. Sebuah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri keberadaannya, dan seharusnya tidak pula kita berpaling darinya.

Wirausahawan, sejalan dengan makna yang terkandung dalam kata "wira", adalah seorang patriot. Seorang pejuang, yang memperjuangkan harkat dan kehormatan diri, keluarga serta masyarakat.

Yang menjadi pertanyaan adalah, bisakah kejadian-kejadian semacam itu dicegah? Dapatkah jatuhnya korban diminimalisir sampai sesedikit mungkin?

Sebagaimana telah saya paparkan pada tulisan terdahulu, seorang wirausahawan perlu melakukan balance adjustment atas 2 hal penting, yaitu keberanian versus kecerdikan (bravery vs smartness).

Kecerdikan lebih bersandar kepada logika. Dengan dasar-dasar pemikiran yang sederhana, sebenarnya seseorang akan dapat menekan tingkat risiko stres dan depresi, sampai ke tingkat cukup signifikan.

Saya terkesan dengan kiat seorang teman di milis, yang mengajukan sebuah konsep berbasis smartness.

Teorinya sederhana. Yaitu, apabila kita membangun sumber penghasilan lebih dari satu kuadran (misalnya satu di kuadran "B"/bisnis dan satu lagi di kuadran "S"/self employed), maka tentunya posisi keuangan kita akan lebih aman dibanding kalau kita cuma mempunyai sumber di satu kuadran saja.

Ini merupakan sebuah solusi yang sangat cerdik. Banyak yang sudah mempraktikkannya. Sebagai contoh, beberapa teman menjalankan usaha sambil tetap mempertahankan statusnya sebagai pegawai, untuk jangka waktu beberapa lama.

Konsep yang sama seharusnya dapat diterapkan juga dalam kasus-kasus bisnis sebagaimana diceritakan di atas. Andaikata teman saya Tedjo mau menjalankan bisnis di dua atau tiga bidang usaha yang berbeda sekaligus, mungkin cerita akan menjadi lain. Wallahu alam..

Solusi Spiritual

Di samping kecerdikan berdasarkan logika, ada sebuah solusi lain yang lebih bersifat hakiki, yang sebenarnya jauh lebih ampuh untuk digunakan sebagai penangkal stress dan depresi mental. Solusi dimaksud adalah solusi berdasarkan kiat-kiat spiritual.

Menurut saya, sudah seharusnya seorang entrepreneur mempersiapkan diri sebaik-baiknya -- termasuk dalam aspek spiritual – sebelum ia benar-benar terjun ke dalam kancah persaingan bisnis yang ganas.

Di negeri barat, kebanyakan kaum pengusaha adalah penganut-penganut agama Kristen yang baik. Sementara di Taiwan, Korea dan China, kaum pengusahanya rata-rata berbisnis dengan berpedoman kepada Konfusianisme. Dan mereka sangat memahami aspek-aspek spiritual.
Spiritualisme yang diterapkan dalam dunia kewirausahaan, disebut "entrepreneurial spiritualism".

Maka, untuk mengatasi depresi mental yang dialami para usahawan, diperlukan kesadaran tentang entrepreneurial spirituality. Ini adalah salah satu wacana yang merupakan bagian terpenting dari pengetahuan kewirausahaan secara utuh. Dengan kesadaran dimaksud, seorang entrepreneur akan selalu berada dalam kondisi: "berharap untuk yang terbaik, tapi tetap siap untuk yang terburuk".

Sayang sekali bahwa pembahasan mengenai hal terebut memerlukan penulisan panjang, yang tidak mungkin bisa dimuat hanya dalam satu artikel saja. Namun demikian, apabila rekan-rekan di milis, Pak Moderator serta sidang pembaca sekalian berminat untuk mencermati apa yang disebut dengan entrepreneurial spirituality, saya bersedia untuk menuangkannya dalam satu rangkaian tulisan.

Friday, July 28, 2006

Today's Article

MUTUAL CONFIDENCE IS THE FOUNDATION OF ALL SATISFACTORY HUMAN RELATIONSHIPS.

Most of us have two basic questions about others when we enter into a relationship. They are: Can I trust you? and Do you really care about me? Depending upon our previous success in partnerships with others - personal or business - the answers may be slow in coming. Confidence in another is often developed gradually as those involved in the relationship commit themselves to each other's success and happiness.

Although trust and confidence are the basic underpinnings of all successful relationships, they are fragile. A relationship that has endured for months or even years can be irreparably damaged by a few unkind words or a single thoughtless act. Don't allow yourself to act in haste or to lose control of your emotions in important relationships.

Proses Bisnis

Ada 3 macam proses dalam bisnis :

  1. Sumber (pasokan barang/jasa)

  2. Proses

  3. Permintaan

    Dimana tugas pengusaha? Tugas pengusaha ada di Proses atau memberikan nilai tambah. Nilai tambah ini bisa berupa tempat, waktu, dll.

Intinya bisnis adalah adanya added value (nilai tambah) terhadap barang atau jasa yang kita jual. Pemberian nilai tambah ini bisa melalui proses produksi, proses pengiriman atau lainnya.

Untuk lebih jelasnya, saya akan memberikan contoh kasus dengan objek ikan laut untuk proses pengiriman sekaligus proses produksi.

Contoh Kasus:

Objek : Ikan Laut

1. Tengkulak membeli ikan laut hasil tangkapan nelayan di Muara Angke dan menjualnya di pasar Senen/Super Market.

  • Sumber: Ikan Laut di Muara Angke

  • Proses: Membawa ikan dari Muara Angke ke Pasar Senen (nilai tambah tempat, lebih dekat ke konsumen)

  • Permintaan: Konsumen pasar Senen


2. Penjaja ikan membeli ikan di pasar Senen dan menjualnya di kompleks perumahan sekitar.

  • Sumber: Ikan Laut di Pasar Senen

  • Proses: Membawa ikan dari Pasar Senen ke Perumahan sekitar (nilai tambah tempat, lebih dekat ke konsumen perumahan)

  • Permintaan: Konsumen perumahan

3. Pemilik warteg membeli ikan dari penjaja ikan kemudian memasaknya dan menjualnya di warteg.

  • Sumber: Ikan Laut dari penjaja ikan di kompleks atau dari Pasar Senen

  • Proses: Memasak ikan dan menjual(nilai tambah tempat, memasak dan siap saji/santap). Memasak termasuk kategori produksi.

  • Permintaan: Konsumen warga, kost, pekerja, dll

4. Pengusaha pengalengan ikan mengambil ikan di Muara Angke untuk kebutuhan export.

  • Sumber: Ikan Laut dari Muara Angke

  • Proses: Pengalengan dan pengiriman ikan (nilai tambah : Pemilihan daging ikan, pemotongan, pelunakan, pengawetan dan pengiriman). Proses bisa dilakukan beberapa tahap.

  • Permintaan: Konsumen luar negeri

Mau jadi Pengusaha Apa?

Ketika melihat contoh kasus di atas, tentunya kita berpikir, mau melakukan proses yang mana? Apakah sebagai pemasok ikan ke pasar tardisional, pemasok ikan ke perumahan atau mengolah ikan dan menyiapkan dalam bentuk siap makan atau bahkan yang lebih besar, mendirikan pabrik pengalengan ikan dan siap mengeskport ke manca negara.

Ketika kita memutuskan proses yang akan kita tangani, maka disitulah Anda akan terjun menekuni usaha. Bayangkan suatu saat Anda disebut sebagai pengusaha ikan tuna terbesar se Indonesia Barat, atau pengusaha restoran ikan bakar Muara Angke.

Kendala Bisnis

Terkadang kita hanya memiliki source dan harus menciptakan pasar atau sebaliknya kita memiliki pasar tapi supplynya susah. Justru di sinilah fungsi pengusaha. Mengusahakan proses biar supply bisa sampai di konsumen atau mengusahakan proses agar hasil produksi terserap di pasar.

Tips dan Trik

Kenali lingkungan anda, lihatlah peluang dan bila ada permintaan, ciptakan supply. Atau bila Anda memiliki supply barang atau jasa, ciptakan setrategi pemasaran yang jitu untuk memenagkan persaingan.

Tentu saja hampir semua objek bisnis sudah ada yang melakukan. Terus kita kebagian yang mana? Kita bisa saja membuat objek bisnis baru atau melakukan inovasi. Atau malah terjun ke objek bisnis yang sudah ada.

Gimana melakukannya:

  1. Pelajari jalur distribusinya. Buatlah penggambaran seperti contoh kasus di atas

  2. Tentukan, Anda mau menekuni bidang yang mana. Mau memotong jalur distribusi atau mengikuti jalur yang ada.

  3. Berkenalan dengan pemilik bisnis yang sudah ada. Cari nama, alamat dan no HP/telepon yang bisa dihubungi.

  4. Yang mudah dilakukan adalah mencari sumber dan menciptakan pasar. Karena sangat tidak mungkin menjadi pengusaha tanpa mempunyai pasar, kan?. Ciptakan pasar dan carilah pasokan yang murah dan bermutu tinggi

  5. Hubungi calon supplier Anda

  6. Ciptakan pasar baru

Selamat merenungkan ide bisnis dan Memulai lah !


Dari Mana Ide Bisnis

1. Hoby

Hoby bisa dijadikan sumber mencetak uang. Dengan hoby kita akan dengan suka rela melakukan tanpa berharap uang. Jadi ketika kondisi masih sepi kita pun enjoy menjalainya. Tapi ketika sudah ramai toh kita tidak bisa menghindar untuk mendapatkan uang kan? Kenapa mesti menghindar J J J

Hoby membuat, hoby menikmati.hobi makan, hobi masak,

2. Keluhan orang

Keluhan merupakan peluang bisnis. Misalnya ada keluahan, “Gue paling sebel kalo weekend harus nyuci baju.” Berarti ada peluang untuk membuka jasa pencucian.

Atau ketika ada arisan, ada seorang ibu berjilbab yang mengeluhkan tempat potong rambut, “Saya itu pingin potong rambut di salon, tapi di sini campur laki dan perempuan. Ada sih di sebelah sana, tapi agak jauhan, salon khusus muslimah”, Nah ini juga peluang untuk membuka salon khusus muslimah di kompleks tersebut.

Dari keluah itulah, sebenarnya pasar yang tidak terurus. Nah, mampukah kita mengubah keluahan tersebut dan memberikan peluang usaha?

Kalau kita lihat dua contoh di atas merupakan keluahan konsumen yang kita sebagai calon atau pengusaha harus mampu menangkapnya dan mewujudkan bisnis tersebut.

Ada juga Keluhan dari Produsen. Sering kalau kita ke daerah banyak pengusaha daerah yang mengeluhkan pasar yang sepi. Nah, kalau kita amati di kota lain, apakah produk tersebut mampu dijual didaerah lain, sehingga akan mampu menciptakan pasar.

3. Mencontek

Mencontek bisa dari unsur: produk, rasa, lokasi, pelayanan, interior, dll. Mencontek sama persis bisa disebut plagiator. Jadi meskipun diperbolehkan mencontek dalam urusan bisnis, tapi sebaiknya kita melakukan kajian dari beberapa bisnis. Dari kombinasi pencontekan, kita akan mendapatkan formula yang terbaik.

Bagaimana bisa cara mencontek ? Yang paling baik ya bertanya kepada yang punya langsung. Namun tidak semua pemilik bisnis mau berbagi rahasia sukses bisnisnya. Biasanya bisnis yang memiliki prospek, pemiliknya akan mensyaratkan pembayaran sejumlah fee dengan sistem waralaba (franchise). Cara lain yaitu mengamati secara berkala dan membandingkan beberapa lokasi.

4. Franchise

Bagi Anda yg miskin ide, bisa pakai membeli franchise.

Franchise adalah kerja sama bisnis antara pemilik asli usaha dengan kita yang akan menerapkan bisnis yang sama, sistem yang sama, rasa yang sama dan merek yang sama. Untuk menyamakan semua item tersebut, perlu dibuatkan standarisasi oleh pemilik bisnis agar bisa diterapkan untuk semua cabang.

Dengan franchise, kita sebagai franchisee (pembeli franchise) akan mendapatkan beberapa manfaat, seperti:

  • Ijin pemakaian merek

  • Training teknis untuk karyawan

  • Training administrasi

  • Dekorasi yang sejenis/sama

  • Sistem Operasional Prosedur (SOP).

  • Promosi global

  • Dll, tergantung penawaran

Dengan mendapatkan beberapa manfaat tersebut, Anda tentunya juga diminta memberikan imbalan secara bisnis. Sehingga saling menguntungkan.

Pada awal kontrak menjadi franchisee, anda harus membayar sejumlah Royalty Fee yang besarnya tergantung masing-masing perusahaan untuk masa tertentu, misalnya bayar 100 juta untuk masa 5 tahun.

Yakinkan bahwa manfaat yang Anda dapatkan sepadan dengan uang yang Anda keluarkan. Pelajari sistem dan perjanjian yang diajukan oleh franchisor.

Bisnis pertama sebaiknya memiliki ciri2:

  • Cash flow harian: Sebaiknya bisnis pertama adalah cash flow (mengahsulkan uang) harian. Dengan cash flow ini, kita dijamin bisa makan.

  • Yang lagi laris dan trend. Misalnya: Voucher, HP, burger, crispy, foto digital, stampel wajah, dll. Namun tetap perlu berhati-hati dalam pemilihan lokasi agar tidak menimbulkan over supply.

  • Berhadapan langsung dengan pembeli: Yang tidak perlu lobi-lobi. Dengan berhadapan langsung dengan konsumen, maka peluang pasarnya lebih luas.

  • Yang kita tidak benci : Karena akan malas ngurus. Bisnis sebaiknya sesuatu yang disukai, sehingga ketika masih kecil dan belum banyak menguntungkan, kita enjoy aja menjalankannya.

Tuesday, July 11, 2006

Diam atau Bergerak

Dimulai dari Warung Tegal (warteg)

Sore itu hari Sabtu 1 Desember 2003, ada sepasang suami-istri yang baru pindah di depan rumahku memperkenalkan diri. Namanya Udin dan Sari. Keluarga muda rupanya, baru 3 bulan menikah.

Tidak banyak barang yang dibawah pindahan, rupanya sebelumnya tinggal sekamar di rumah kos RT sebelah.

“Saya pingin jualan rokok dan kebutuhan harian,” kata sang suami di tengah-tengah perbincangan.

“Oh, bagus itu. Kalau bisa jual juga indomie telur. Saya pernah buka 3 bulan dan akhirnya tutup, karena sudah tua dan sepi,” jawabku

“Berapa kontrak di situ ?,” Pertanyaan klasik aku lontarkan.

„19 juta untuk 2 tahun, pak“ Jawab mas Udin.

„Di sini umumnya 7 jutaan“, timpalku memberitahukan kalau harga segitu terlalu mahal.

„Yaa, mudah-mudahan dengan jualan rokok, bisa menutup harga sewa“ jawab sang suami terkesan membela diri.

Esok harinya aku lihat ada sebuah pick up yang berhenti di depan rumah sambil menurunkan sebuah etalase berukuran 1 meter. Siang harinya, sang suami sudah datang dengan tentengan tas plastik besar yang berisi rokok, indomie, dll.

Senin pagi etalase itu sudah diisi dengan isian seadanya. Sepertinya jualan yang terlalu dipaksakan. “Tapi hebat lah, paling tidak untuk permulaan”, pikirku.

Sore itu aku sempatkan membeli rokok 2 batang rokok GG Filter kesukaanku. Harganya sama dengan di toko lain. Tapi untuk harga per-bungkusnya ada yang lebih murah 300 atau 500 rupiah. Aku juga melihat ada beberapa tetangga yang kos di sebelah rumah membeli rokok Djarum Super.

Satu minggu kemudian, aku melihat mangkok warna biru putih yang ditaruh di etalase rokok.

Buat apa pikirku? Saat aku membeli rokok, aku lihat ada tulisan menjual indomie telor – Rp. 2.500,- Rupanya sang istri memiliki ide untuk berjualan indomie telor.

“Gimana mbak, laku indomie telornya?” Tanya saya.

“Yaa, lumayan pak, ada satu dua,” jawab bu Sari.

“Apa saya bilang ?”sahutku. “ Yaa, dijalani dulu aja mbak pelan-pelan”

“Iya pak, lha wong baru satu minggu,” jawab bu Sari dengan aksen Jawa Timurannya

Berselang seminggu, aku lihat ada seorang wanita yang bernama Nung datang pagi dan pulang sore. Rupanya Nung ini memiliki keahlian masak dan dipekerjakan di sini.

Sore itu nampak ramai anak-anak muda yang kerja di seberang perumahan pada jajan du warung depan. Ada yang minum the botol, kopi, makan indomie telor dan ada yang duduk menunggu.

Aku jadi penasaran, “meraka pada menuggu apa ya?” pikirku. Kebbetulan rokoku habis.

“Rokok mbak Nung, satu bungkus” kata ku

„lima ribu ,pak“ jawab mbak Nung sambil memberikan sebungkus rokok Filter kesukaanku.

„Pada nungguin apa toh?“, tanyaku sambil penasaran.

“Ini pak, kami mulai jualan soto ayam” jawab mas Udin sambil menuangkan kuah soto ke mangkok. “Coba-coba bikin soto, pak”

“Wuah, bagus nih. Makin maju aja,” komentarku memberi motivasi.

“Yaah, alhamdulilah, sambil belajar pak”

Hebat juga nih keluarga muda, yang laki kerja di perusahaan dan istrinya diberdayakan. Apalagi sudah punya karyawan satu orang.

Andai saya masih muda, tentu saya akan memiliki semangat seperti itu. Sekarang umur sudah 59 tahun. Tapi, untungnya saya sudah punya kamar kost sebanyak 16.

Sebulan berlalu. Siang itu nampak mas Udin bepergian sendiri berpakaian batik. Rupanya kodangan. Istrinya tidak diajak karena sedang tidak enak badan. Sore hari sepulang kondangan, dia pulang berbarengan mobil pick up yang membawa etalase warung yang lebih besar. Ada rak untuk memajang lauk dan sayur.

Mau bikin apa lagi mereka. “Mungkin membesarkan warung nasinya, pak” sahut istriku di beranda.

Benar juga, esok harinya mbak Nung masak banyak. Etalase nasi nampak banyak pilihan lauk. Tidak hanya soto dan indomie menunya. Tapi ada sop, cah kangkung, dan lainnya.

Warteg Berkembang

Tidak lama kemudian ada spanduk jualan voucher. Berikutnya ada jualan aqua galon, voucher, empek-2 dan laundry.

Gila rumah itu dipakai jaualan apa saja toh.

Mbak Nung yang tadinya pulang sore, mulai tinggal di rumah tersebut karena harus belanja pagi-pagi dan masak. Apalagi warung itu buka sampai jam 10 pagi.

Karyawannya sudah bertambah satu lagi.

Delapan bulan setalah warung itu buka, nampak keluarga muda itu pulang kampung untuk mengantarkan istrinya pulang menjelang kelahiran anak pertamanya.

Warung tetap buka seperti biasa dengan dua karyawan. Hebat juga nich, gak ada bosnya tapi warung tetap buka. Jarang lho jaman gini ada karyawan jujur.

Ketika puasa, warung nasi itu siang harinya tutup. Menjelang buka puasa baru buka. Ada menu buka puasa seperti kolak dan es buah. Saat sahur pun warung itu tetap tampak ramai.

Toko Lain

Dua bulan setelah melahirkan anak, sang istri balik ke Jakarta.

Satu bulan setelahnya, nampak sang istri pergi siang pulang sore. Rupanya kerja. „Tapi kok sebentar,“ pikirku.

„Kata mbak Nung, mbak Sari itu buka toko voucher di mall“, sahut istriku.

„Oh, jadi cewek yang biasa datang malam itu karyawannya kali ya’“ jawabku bertanya-tanya

Enam bulan setelah itu, aku lihat ada dua orang karyawan.

Dua bulan berikutnya diadakan pertemuan, rupanya rapat karyawan, yang datang 8 orang.

„Hebat juga ya, kurang dari 2 tahun tetanggaku sudah punya 8 karyawan dan 4 toko. Padahal kita tetap begini-begini saja ya bu?“

„Yaa, kita sudah tua. Mudah-mudahan anak-anak kita juga bisa memiliki semangat seperti mereka ya pak“ jawab istriku.

Renungan

Dari cerita di atas apa yang bisa diambil pelajaran?

Kalau Anda bergerak dan orang lain diam, maka apa yang orang lain peroleh?

Dan apa yang Anda peroleh?

Tinggal kita mau pilih yang mana, diam atau bergerak?

Selamat merenung, bermimpi dan bertindak.

Sukses untuk Anda !